20/07/13

Flowers (I Hope) From You

SABTU, 20 JULI 2013
@rumah bontang
time : 11.35


Tiap gadis yang dibesarkan dengan cerita dongeng, pasti akan memimpikan hal ini. Suatu hari nanti ia akan dijemput oleh sang pangeran berkuda putih, diboyong ke istana megah, mengenakan gaun putih cantik di altar pernikahan dan membawa buket bunga yang sangat harum, kemudian menikah dan bahagia selama-lamanya. Impian yang sangat menyenangkan, bukan?
Benar. Impian yang menyenangkan. Namun, apakah semudah itu akan datang seorang pria ke hadapanmu, menyatakan perasaannya, kemudian melamarmu dan kalian menikah bahagia sampai ajal memisahkan? Sepertinya tidak sesimpel itu.

Mencari pria yang kau cintai dan mencintai sepenuh hati gampang-gampang susah. Ada kalanya kita sudah bertemu dengan pria yang (diyakini) tepat, namun ternyata orang tua tidak setuju. Ada kalanya kita sudah bertemu dengan pria yang (lagi-lagi dirasa) tepat, namun terhalang oleh kehadiran orang ketiga. Ada kalanya kita...

Oke. Cukup. Baiklah. Mari sejenak kita melupakan kenyataan. 

Biarkan imajinasi melayang dan berharap impian itu akan menjadi kenyataan. 

Bukankah itu --membiarkan imajinasi melayang-- lebih menyenangkan?


_SPTW_

18/07/13

Seorang Teman : Intan Piranti

KAMIS, 18 JULI 2013
@rumah bontang
time : 09.57


(Hehe... tumben-tumbenan gw pake bahasa rada formal. Gak apa.. Itung-itung spesial buat temen gue satu ini.)

Sesuai dengan judul blog, maka saya akan menuliskan apa yang saya ungkapkan sebenarnya dari hati. untuk foto-foto disini, diambil dari koleksi pribadi dan album si 'korban' sendiri yang tersebar di akun jejaring sosialnya. :)

Tepat hari ini sekitar 20 tahun silam. Seorang bayi perempuan mungil telah lahir dan menambah jumlah penduduk dunia, tepat pada tanggal 18 Juli 1993. Ia diberikan nama yang indah oleh orang tuanya.

Intan Piranti.

Saya tidak tahu apa arti khusus dalam nama tersebut. Namun saya yakin, nama tersebut mengandung doa dan harapan agar sang anak tumbuh dengan baik kelak.

...

Di kota inilah saya bertemu dengannya. Di kota Malang. Saya bertemu dengan Intan tanpa adanya unsur perencanaan. Kami bertempat tinggal sementara di suatu kos yang tak jauh dari kampus. Kamar kami pun bersebelahan. Intan menempati nomor 12, sementara saya nomor 13. Sekali lagi, kamar kami yang bersebelahan pun, tanpa ada suatu unsur kesengajaan.



Saya mulai mengenal Intan, begitu pun sebaliknya. Kami sama-sama kuliah di universitas yang sama, jurusan yang sama, namun di program studi yang berbeda. Setelah mengenalnya hampir satu tahun, saya mulai mengenalnya lebih dalam lagi.

Ia merupakan pribadi pekerja keras. Saya tahu itu karena setiap ada kuis ataupun ujian di kampus, ia akan langsung mengunci pintu kamar rapat-rapat dan menjalin hubungan 'intim' dengan setumpuk buku dan pulpen. Ia hampir tak bisa diganggu kala sedang belajar. Bahkan saat mengetuk pintu kamarnya pun, saya sampai sedikit menggedornya dengan keras. 

Yah, mau bagaimana lagi. Ia benar-benar berkonsentrasi apabila sedang belajar. Ia akan bekerja keras agar mendapat nilai sempurna. Intan pernah bercerita sambil memasang tampang sebal. Saat itu ia memberikan sebuah jawaban kepada teman --saat kuis berlangsung, sebab kuisnya sangat susah-- di kursi sebelahnya. Namun saat balik bertanya menanyakan jawaban, temannya itu malah tak memberitahu sama sekali. Ia bercerita pada saya sambil mengomel-omel dan merutuki temannya itu.
saat belajar atau mengerjakan tugas, tak jarang ia meminjam kamar saya
Ia merupakan sosok kreatif. Di kamar kosnya, ia menempelkan beraneka ragam hiasan yang entahlah-apa-itu. Mulai dari lukisan 3D, gantungan, poster, hingga mading hitam besar yang berisi aneka tempelan tak jelas. Oh, harus kuberitahu satu hal. Mading hitam itu dibuatnya saat masa jatuh-bangun membuat tugas ospek. Benar sekali! Saat saya sedang kelimpungan mengerjakan aneka tugas, ia malah asyik menempeli madingnya dengan aneka bentuk tempelan. Serpihan tugas ospek ditempelinya disana. Mulai dari biji semangka, sumbu kompor, hingga lem --yang dipakainya sampai habis untuk menempel-- ikut ditaruh di mading itu.

Walaupun merupakan sosok kreatif, namun untuk urusan kerapihan dan keberesan, ia perlu belajar banyak --dari saya, mungkin?--. Seringkali saya masuk ke kamarnya dan menemukan kamarnya yang hancur berantakan. Saya sendiri sering berpikir apakah ada badai tornado yang lewat dan menghantam kamarnya bak kapal pecah. Sungguh. Kamar Intan jarang terlihat rapi kecuali pada momen tertentu. Saya suka risih dengan kamarnya yang berantakan sehingga menyebabkan saya langsung membereskan tempat tidurnya dengan cepat--termasuk bantal yang keluar dari sarungnya, seprai yang tak tertata dengan benar, boneka yang berjatuhan di lantai hingga selimut yang lecek akibat ditendang kesana-kemari.

Ia merupakan pendengar dan penasehat yang baik. Saat saya sedang berbicara ataupun curhat, ia akan mendengarkannya dengan seksama kemudian memberikan komentar. Ia pandai dalam berbicara dan mengkritisi segala hal yang ada di sekitarnya.

Ia menggemari segala sesuatu tentang India. Mulai dari film, artis, hingga lagu. Ia menggemari bahkan sampai hafal dengan lirik dan gerakannya. Ia sering mengajak saya menikmati film ataupun lagu india, walaupun saya kurang begitu menikmatinya. Entahlah. Saya kurang begitu menggemari film india yang dulu sangat booming sekali di era-nya.

Ia juga pecinta film animasi Cars. Tahu 'kan film itu? Yaps! Film tentang mobil merah yang senang beradu balap di lintasan. Di dalam kamar kosnya, Intan memiliki selimut hingga karpet dengan gambar Cars. Dulu saya pernah jalan-jalan dan menemukan sebuah mug dengan gambar Cars. Saya ingin membelikannya, namun tidak jadi karena ragu apakah ia akan suka. Selain itu, ia juga mengagumi si bapak pintar, Albert Einstein. Menurutnya, orang itu sangatlah keren dengan mata sendu dan rambut putih jabriknya.

Ia seorang pecinta kuliner yang banyak makan. Oh, untuk yang satu ini saya agak iri dengannya. Intan bisa makan tiga bungkus nasi bebek favoritnya sekaligus tanpa takut gemuk. Sementara saya? Oh, jangan harap saya mau makan tiga bungkus nasi sekaligus.

Ia merupakan sosok yang suka --ini bahasa keren jaman sekarang-- galau. Selama mengenalnya, saya sering menyaksikan perubahan raut wajah dari ceria menjadi murung dan ogah melakukan sesuatu. Hubungan percintaannya dengan si pacar --akan saya inisialkan dengan CRN-- sering mengalami putus sambung. Ia sering bertengkar dengan CRN dan membuat diri sendiri galau. Ia akan ngambek dan nangis seharian. Intan pernah berkata pada saya saat ia dan CRN putus. Intan bilang, ia takkan mau kembali pada CRN. Saya pun hanya bisa mengangkat bahu dan bertanya, "Serius?". Ia pun mengangguk. Namun tak berapa lama kemudian, Ia pun kembali pada CRN dan menjalin hubungan seperti sedia kala. Duh, Intan!

Kami memiliki beberapa kesamaan.

Kami berdua menyukai ular. Benar, ular. Kau tak salah dengar. Berbeda dengan teman kami yang lain, kami berdua sangat antusias saat melihat ular bahkan berebut ingin mencium ataupun menggendongnya di pundak -kemudian bergantian untuk mengambil foto dengan kamera ponsel. Intan berkata ia senang memiliki teman seperti saya yang sama-sama tidak takut pada ular. Saya pun demikian. Pokoknya, kami benar-benar gemas pada binatang melata yang satu itu.

Kami berdua pecinta buku. Kami memiliki banyak koleksi buku di kamar masing-masing, walaupun berbeda genre. Kebanyakan buku yang dimiliki Intan adalah yang agar 'berat' sementara saya memilih yang lebih 'ringan'. Misalnya saja Intan suka buku biografi, sementara saya lebih menyukai komik dan novel.

Kami berdua sama-sama miss online. Ah, untuk yang satu ini, entahlah. Apakah patut dimasukkan ke kategori baik atau buruk. Berhubung di kos kami ada wifi dan sinyalnya lumayan kuat di area kamar kami, tak salah-lah bila saya dan Intan selalu online tiap hari. Kami sama-sama memiliki akun di berbagai situs jejaring sosial. Lucunya, ada teman kami yang berkomentar seperti ini. "Kalian ini sudah satu kos, kamar sebelahan, tapi tetep aja saling mention di twitter". Saya dan Intan pun menanggapinya dengan cengiran lebar. Memang benar. Kami sering berkomunikasi di dunia maya, walaupun di dunia nyata sendiri --saat sedang sama-sama online-- tak jarang kami berdua duduk bersebelahan di depan pintu kamar dan saling menyapa di dunia maya. Konyol memang.

Kami berdua sama-sama si tukang tidur larut malam. Bagi kami, hari baru benar-benar menunjukkan malamnya saat lewat pukul 12 malam. Kami sering tidur di atas jam 12 malam. Kami melakukan apa saja untuk menghabiskan sisa malam. Mengobrol, menonton tv di kamar saya, bercanda, hingga --tentu saja-- online hingga larut. Namun, Intan lebih parah dari saya. Ia bisa tidur pukul 3 pagi, kemudian bangun lagi pukul 5 pagi. Saya takkan sanggup tidur hanya dua jam. Bisa dipastikan kalau saya melakukan rutinitas itu tiap hari, saya akan langsung ambruk dalam perjalanan menuju kampus.

...

Well, sebenarnya masih banyak yang bisa saya ceritakan. Namun, tentu takkan muat untuk dijabarkan disini. Masih banyak aib yang bisa saya buka disini --hehe, tapi takkan saya lakukan demi Intan--

So, untuk teman baik saya, INTAN PIRANTI, posting-an ini saya buat sekaligus merayakan hari ulang tahunnya. Di usia matang yang sudah menginjak 20 tahun, semoga kamu selalu mendapatkan yang terbaik. Dan juga, takkan melupakan saya sebagai teman baik selama-lamanya.





Happy birthday, sweettie! :*

*Teman saya yang satu ini juga aktif menulis lagi di blog, setelah melihat saya sering 'nangkring' di blog. Jejak menulis Intan bisa dilihat di intanglory.blogspot.com

_SPTW_
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com